Dear diary….Cerita ini adalah ungkapan hatiku, yang mungkin akan aku certakan padamu seorang. Aku adalah Hawa makhluk Tuhan yang berhati lemah. Yang mencoba berpura-pura tegar dan tak menangis, tapi aku tak bisa membohongi hati dan perasaan ini. Aku adalah Hawa seorang makhluk Tuhan yang tiada sempurna, tapi aku ingin sempurna mencintai Tuhanku dan sang Adam, seorang makhluk yang ku puji.
“Tapi kau mulai berubah, Adam…”
Waktulah yang menggiringku pada sebuah kata hatiku saat ini. Waktu jugalah yang mengajari aku bersabar dan menjadi lebih tabah.
“Adam…kau punya pilihan lain di dunia kecilmu, kau tak tulus padaku”
Kau asyik dengan dunia kecilmu, dengan kebahagian dan kegembiraanmu. Tak sadarkah kau Adam, aku ada disini dan akan tetap disini menunggu mu. Kau yang menjanjikan kata-kata indah dan seribu jani padaku. Aku harap itu bukan hanya sekedar daya tarik pemikat hatiku yang merapuh. Kau tak jujur padaku, Adam.
Sudah satu bulan ini kita tak berhubungan. Aku tak menyapamu di dunia nyata dan dunia maya. Bukan aku angkuh, Adam. Tak juga aku mengelak. Aku hanya ingin menenangkan hati ini. Menata lagi psikologis ku yang sempat terburai oleh kekecewaan. Pada mu, pada dirinya dan pada diriku sendiri. Mungkin ini adalah jalan terbaik bagi kita yang Tuhan tunjukkan padaku. Sekali lagi dan untuk kesekian kalinya aku mencoba tegar dalam kerapuhan.
Seperti hari ini dan hari-hari sebelumnya yang juga tak istimewa bagi ku tanpa arti hadir mu. Entah ini sebuah kebodohan atau ketidak-berdayaan ku untuk menghapus baying-bayang mu dari hidupku.
Untuk seseorang
Yang kupandang dengan penuh cinta
Lelah jiwa ini teramat sangat
Penantian ini terasa begitu panjang
Bak tak akab berujung lagi
Aku lelah jadi orang yang selalu tersakiti
Tak pantaskah aku bahagia??
Aku menyebrangi alam pikiran ku
Yang begitu penatnya
Untuk kembali ke alam nyata
Yang tak juga indah
Letih hati ini menanti kebuah kepastian
Yang tak kunjung sempurna
Dari sebuah hati yang tak sempurna
Mencintai jiwa dan raga ini
Sebuah hati yang terpecah-pecah
Oleh sosok jiwa-jiwa cantik lainnya
Dan meradangkan sebuah keraguan hati
Akan tulusnya arti rasamu padaku
Lagi… lagi dan lagi kau menyakiti aku. Menduakan lagi hati ku yang semakin merapuh. Dan lagi…lagi dan lagi, untuk kesekian kalinya kau hanya menjawab datar pertanyaanku.
“Adam, apa kau benar-benar mencintaiku? Apakah kau benar-benar tulus padaku”, tanyaku kesekian kalinya pada mu.
“Kamu itu sayang banget ya dengan aku, begitu pun aku padamu. Jadi jangan ada prasangka di antara kita”, jawabmu dengan tenang.
Tapi Adam, ini bukan paraduga ku saja. Mata ini melihat nya dan telingaku ini mendengarnya langsung. Dia pujaan mu yang lain dan dia juga sahabat karibku, Adam. Mungkin kau tak tahu itu. Aku dan dia sudah saling mengenal sejak kami di sekolah dasar. Walaupun kami berdua beda kota namun tali silaturahmi ini tak putus. Dia yang ku minta menguji mu, namun akhirnya kau yang tergila-gila padanya. Tidak. Bukan hanya dia, masih ada pilihan lain di hati mu, Adam. Kau tidak serius dengan komitmen yang kau ucapkan dahulu.
“Jika luka masa lalumu masih berbekas dan menorehkan duka yang dalam, biarlah keikhlasanku membalusnya dengan sayangku. Jika dia yang dulu kau sayang masih ada dalam ruang hatimu, maka sisakan sedikit celah untuk kumasuki ruang demi ruang hatimu. Jika rasa sakit itu masih ada dan menoreh kesedihan dihatimu. Aku ada untukmu berbagi rasa. Aku tidak mengharap lebih darimu. Hanya bukalah celah hatimu dan pandanglah aku dengan ketulusan”.
Cukup rasanya hati ini mengiba cinta. Cukup sudah aku meratap untuk sebuah kehampaan hati. Cukup sudah aku merendahkan harga diriku pada mu. Aku ingin berlari meraih yang terbaik yang telah Tuhan sediakan untukku, walaupun itu bukanlah dirimu. Aku akan kembali menata hari ini. Menguatkan lagi jiwaku yang mulai merapuh. Menyelamatkan sekeping hati yang hamper hancur dan terpuruk.
“Adam, bahagianya aku dipertemukan dengan mu, walaupun rasa ini tak berujung padamu, namun kau lah salah satu sahabat hati yang terbaik yang pernah aku miliki. Terima kasih untuk semua hal indah yang kau berikan”
Kau harus memilih, Adam. Aku siap dengan segala yang akan terjadi. Jangan pernah kau sakiti hati wanita lain. Cukuplah aku yang tersakiti. Maafkan, aku sudah menyerah semuga kau berbahagia. Tuhan pasti menolongku. Doaku yang tulus ini selalu menguntai disetiap sujudku pada Nya.
*** T.A.M.A.T***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar