Arsip Blog
- Mei 2010 (1)
- November 2010 (5)
- Januari 2011 (9)
- Juli 2012 (2)
- September 2012 (1)
- November 2012 (2)
- Januari 2013 (1)
- Desember 2014 (1)
Senin, 29 Desember 2014
MENENTANG BADAI
Binar rembulan di langit kota
Redup temaram enggan menari
Biasnya pancarkan sendu tipis diwajahnya
Terdiam dalam ketakberdayaannya
Angin yang dingin berubah kencang
Membuat sebuah pusaran kelabu hitam
Dalam dinginnya malam di hatinya yang terluka
Badai di sudut hati tak jua mereda
Mengukir sebuah luka yang menganga
Perih.... Pedih...
Dan tak kunjung membaik
Dongakkan kepala ke atas langit
Menatap tiap-tiap desahan luka dan duka
Mencari sebuah pelita di sudut lain cakrawala
Namun angin itu makin menjadi, kencang ....
Hanya sebuah ranting kecil tempat ia berpijak
Menahan hempasan prahara yang begitu dahsyat
Dengan gemetar ia angkat tapak kaki nya
Setapak demi setapak, maju dan laju
Gegar tubuhnya makin menjadi, kencang ...
Menahan semua sakit di pijakan jalan berbatu
Roboh... tersungkur ia dalam diamnya
Hanya duduk diam memeluk seluruh tubuhnya
Dengan airmata ketakberdayaannya
Tak mampu lagi menentang badai
(Taken from Surat Untuk Papa-novel by Luna Hanayuki)
https://www.facebook.com/notes/luna-hanayuki/menentang-badai/10152492830110308
Langganan:
Postingan (Atom)